Sabtu, 28 Juli 2012

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN.T DENGAN PERUBAHAN SENSORI PERSEPSI : HALUSINASI PENGLIATAN AKIBAT SKIZOFERNIA PARANOID DI RUANG MERPATI PSBL PALAMARTA KABUPATEN SUKABUMI

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN.T DENGAN PERUBAHAN SENSORI PERSEPSI : HALUSINASI PENGLIATAN AKIBAT SKIZOFERNIA PARANOID DI RUANG MERPATI PSBL PALAMARTA KABUPATEN SUKABUMI
penyusun nama andi 08008 BAB I TINJAUAN TEORI 1. Konsep Dasar Skizoprenia 1. Skizoprenia a. Pengertian Skizoprenia dan Skizoprenia Paranoid 1) Skizoprenia Skizoprenia adalah gangguan yang terjadi pada fungsi otak, perubahan struktur kimia otak dan factor genetik ( Yosep, 2009 : 211 ) Skizoprenia atau psiktik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidakmampuan individu menilai kenyataan yang terjadi seperti misalnya terdapat halusinasi, waham perilaku kacau dan aneh ( Keliat, 2011 : 58 ) Skizoprenia adalah salah satu gangguan mental yang disebut psikosis yang tidak dapat mengenali atau tidak memiliki kontak dengan beberapa gejala seperti waham, halusinasi, pembicaraan dan tingkahlaku yang kacau ( Setiadi, Iman, 2006 : 17 ) Berdasarkan beberapa pengertian dari berbagai sumber dapat disimpulkan bahwa skizofrenia adalah gangguan yang terjadi pada fungsi otak perubahan stuktur kimia otak dan factor genetik yang ditandai dengan ketidakmampuan individu dalam menilai atau tidak dapat mengenali kenyataan yang terjadi dengan beberapa gejala seperti waham, halusinasi, pembicaraan, atau tingkah laku yang kacau dan aneh 2) Skizoprenia Paranoid Skizoprenia paranoid adalah gangguan skizofrenik yang didominasi oleh waham yang mencolok atau halusinasi audiotorik dalam kontes terdapatnya fungsi tau afek yang masih relatif masih terjaga ( Setiadi, Iman, 2006 : 20 ) Skizofrenia paranoid adalah gangguan jiwa yang memiliki gejala pikiran dipengaruhi dengan waham, halusinasi penglihatan, ansietas, marah, argumentative, berpotensi melakukan perilaku kekerasan pada diri sendiri dan orang lain ( Carmen, 2007 : 119 ) Berdasarkan kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa skizofrenia paranoid adalah gangguan jiwa yang didominasi oleh waham yang mencolok atau halusinasi visual ( penglihatan ), ansietas, marah argumentative, berpotensi melakukan perilakukekerasan pada diri sendiri dan orang lain dalam kontes terdapatnya fungsi kognitif. b. Etiologi Menurut Yosep ( 2009 : 59 ) sampai saat ini penyebab yang pasti mengapa seseorang menderita skizofrenia belum jelas, namun ternyata dari penelitian – penelitian yang telah dilakukan tidak ditemukan factor tunggal. Penyebab skizofrenia menurut beberapa penelitian diantaranya adalah : factor genetic, virus, auto antibody dan malnutrisi. Studi terhadap keluarga menyebutkan pada orang tua 5,6%, saudara kandung 10,1%, anak – anak 12,8% dan penduduk secara keseluruhan 0,9%. Dan studi pada orang kembar ( twin ) menyebutkan pada kembar identik 59,20% dan kembar franternal 15,2%. Penelitian lain menyebutkan pada gangguan pada perkembangan otak janin juga mempunyai peran bagi timbulnya skizofrenia kelak dikemudian hari. Gangguan ini muncul misalnya karena kekurangan gizi, infeksi, trauma, toksin dan kelainan hormonal. Meskipun ada gen ada yang abnormal skizofrenia tidak akan muncul kecuali disertai factor – factor lainnya yang disebut epigenetic factor yaitu virus atau infeksi lain selama kehamilan, menurunnya autoimun, komplikasi kandungan dan kekeuarangan gizi yang cukup berat terutama pada trimester kehamilan. Selanjutnya bahwa orang yang sudah mempunyai factor epigenetik tersebut bila mengalami stressor psikososial dalam kehidupannya maka resikonya lebih besar untuk menderita skizofrenia dari pada orang yang tidak ada factor epigenetik sebelumnya. c. Tipe – Tipe Skizofrenia Menurut Setiadi Iman, ( 2006 : 20 ) ada beberapa tipe skizofrnia yang masing – masing memiliki kekhasan dalam gejala – gejala yang diperlihatkan dan tampaknya memiliki perjalanan penyakit yang berbeda – beda antara lain : 1) Skizofrenia Paranoid Skizofrenia paranoid adalah gangguan skizofernik yang didominasioleh waham yang mencolok atau halusinasi audiotorik dalam konteks terdapatnya fungsi kognitif atau afek yang relative masih terjaga 2) Skizofrenia Disorgenizer Cirri utamanya adalah pembicaraan kacau, tingkahlaku kacau dan afek yang datar. Pembicaraan yang kacau dapat disertai kekonyolan dan tertawa yang tidak erat berkaitan dengan isi pembicaraan. Disorganisasi tingkah laku ( misalnya : kurang orientasi pada tujuan ) dapat membawa pada gangguan yang serius pada berbagai aktivitas hidup sehari – hari. 3) Skizofrenia Katotonik Ciri utama ditandai dengan gangguan pada pisikomotor yang dapat meliputi ketidak bergerakan motorik,aktivitas motor yang berlebih, sama sekali tidak mau berbicara dan berkomunikasi, gerakan – gerakan yang tidak terkendali, mengulang ucapan orang lain atau mengikuti tingkah laku orang lain. 4) Skizofrenia Residual Diaknosa skizofrenia tipe residual diberikan bilamana pernah ada paling tidak satu kali episode skizofrenia tetapi gambaran klinis saat ini tanpa simtom positif yang menonjol. Terdapat bukti bahwa gangguan masih ada sebagaimana ditandai oleh adanya negatif simtom positif yang lebih halus 5) Skizofrenia Yang Tidak Tergolongkan Sejenis skizofrenia dimana gejala gejalanya yang muncul sulit untuk digolongkan pada tipe skizofrenia tertentu. d. Tanda Dan Gejala Skizofrenia Menurut Iyus Yosep ( 2009 : 212 ) secara genetal gejala serangan skizofrenia dibagi menjadi dua yaitu gejala positif dan gejala negatif. 1) Gejala positif Halusinasi selalu terjadi saat rangsangan tertentu kuat dan otak tidak mampu menginterprestasikan dan memproses pesan atau rangsangan datang. Klien skizofrenia mungkin mendengar atau melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada atau mengalami suatu sensasi yang tidak bisa pada tubuhnya dengan gejala yang timbul biasanya klien merasakan ada suara dari dalam dirinya kadang suara itu dirasakan menyejukan hati, member kedamaian tetapi kadang suara itu menyuruhnya melakukan tindakan bunuh diri. Penyesatan pikiran ( delusi ) adalah kepercayaan yang kuat dalam mengintreprestasikan sesuatu yng kadang berlawanan dengan kenyataan. Kegagalan berpikir mengarah kepada masalah dimana klien skizofrenia tidak mampu memproses dan mengatur pikirannya. Kebanyakan klien tidak mampumemahami hubungan antara kenyataan dan logika. Yang membuat penderita tidak bisa memahami siapa dirinya, tidak berpakaian dan tidak mengerti apa itu manusia dan juga tidak bisa mengerti kapan dia lahir dan dimana dia berada. 2) Gejala Negatif Klien skizofrenia kehilangan motivasi dan apatis berarti kehilangan energi dan minat dalam hidup yang membuat klien menjadi orang yang malas. Karena klien skizofrenia hanya memiliki energi yang sedikit, mereka tidak bisa melakukan hal – hal yang lain selain tidur dan makan. Perasaan yang timbul membuat emosi klien menjadi datar, tidak memiliki ekspresi baik dari raut muka maupun gerakan tangannya tapi mungkin bisa menerima pemberian dan perhatian orang lain tapi tidak bisa mengekpresikannya. Defresi yang tidak mengenal perasaan ingin ditolong dan berharap selalu menjadi bagian dari hidup penderita. Mereka tidak memiliki prilaku yang menyimpang, tidak bisa membina hubungan dengan orang lain dan tidak mengenal cinta sehingga mereka cendrung untuk menarik diri karena selalu merasa aman bila sendiri. e. Proses Terjadinya Skizofrenia Untuk mengetahui dan memahami perjalanan penyakit skizofrenia diperlukan pendekatan yang bersifat holistik, yaitu dari sudut organbiologik, psikodinamika, psikoreligius, dan psikososial. 1) Organobiologik Pada penderita Skizofrenia ditemukan perubahan – perubahan atau gangguan pada system transmisi sinyel pengantar saraf ( neurotransmitter ) dan seseptor di sel – sel otak ( Neuron ) dan interaksi zat nerukimia seperti dopmain dan serotonin yang ternyata mempengaruhi fungsi kognatif ( alam fikir ), afektif ( alam perasaan ) dan psikomotor ( prilaku ) yang tampak dalam bentuk gejala – gejala Skizofrenia. Selain perubahan – perubahan yang sifatnya neurokimiawi, ternyata ditemukan juga perubahan pada anatomi otak penderita Skizofrenia terutama pada penderita yang kronis. Perubahan – berubahan anatomi otak tersebut antara lain perubahan lateral ventrikel, atrofi korteks bagian depan dan atrofi otak kecil ( Hawari, 2007 : 11 ). 2) Psikodinamik Mekanisme terjadinya Skizofrenia pada diri seseorang dari sudaut psikodinamik dapat diterangkan dengan 2 buah teori yaitu teori homeostatik – deskriptif ( descriptive – homeostatic ) dan fasilitatif – etiologik ( etiological – facilitative ). Pada teori homeostatik – deskripsif diuraikan gambaran gejala – gejala ( deskripsi ) dari suatu gangguan jiwa yang menjelaskan terjadinya homeostatic pada diri seseorang, sebelum dan sesuah terjadinya gangguan jiwa. Sedangkan pada teori fasilitatif – etiologik, diuraikan faktor – faktor yang memudahkan ( fasilitasi ) penyebab ( etiologi ) dari suatu penyakit, bagaimana perjalanan penyakitnya dan penjelasan mekanisme psikologis dari penyakit yang bersangkutan. ( Hawari, 2007 : 22 ) 3) Psikoreligius Manusia adalah mahluk fitrah, sejak manusia lahir sudah dibekali dengan dorongan – dorongan atau nafsu. Tanpa adanya dorongan nafsu, maka manusia tidak akan tidak dapat mempertahankan diri keberadaannya. Fitrah ke – Tahun – an ini adalah istilah Fareud disebut sebagai Super – ego, dalam agama islam dapat dianalogikan dengan iman yang berfungsi sebagai pengendalian diri ( Self Control ) Manusia melaksanakan kebutuhan – kebutuhan atau dorangan – dorngan dalam bentuk perubahan, prilaku atau amal yang kesemuanya itu disebut sebagai akhlaq. Dalam konsep Freud akhlal ini disebut Ego. Akhlaq seseorang akan menjadi baik atau buruktergantung dari hasil tarik menarik anatara nafsu dan iman pada sebagian orang dapat menimbulkan konflik batin dan apabila konflik ini tidak terselesaikan maka yang bersangkutan dapat jatuh sakit. 4) Psikososial Menurut yosep, ( 2009 : 49 – 50 ) situasi dan kondisi yang tidak kondusif dapat merupakan stressor psikososial, yang mana jika seseorang tidak mampu beradaptasi atau menanggulanginya akan timbullah keluhan – keluhan kejiwaan. Secara umum stressor psikososial dapat digolongkan sebagai berikut : a) Perkawinan Berbagai permasalahan perkawinan merupakan sumber setres yang 25 alami seseorang, misalnya pertengkaran, perpisahan, perceraian, kematian salah satu pasangan, ketidaksetiaan dan lain – lain. b) Problem Orang Tua Permasalahan yang dihadapiorang tua, misalnya tidak punya anak, kebanyakan anak, anak sakit dan hubungan tidak baik antara mertua, ipar, besan dan sebagainya. c) Hubungan Interpersonal Gangguan ini dapat berupa hubungan dengan kawan dekatyang mengalami konflik, konflik dengan kekasih, konflik dengan rekan kerja dan sebagainya d) Pekerjaan Kehilangan pekerjaan, pensiun, pekerjaan terlalu banyak, dan sebagainya e) Lingkungan Hidup Factor lingkungan tidak hanya dilihat dari lingkungan itu bebas polusi, sampah dan lainnya tetapi terutama kondisi lingkungan social dimana seseorang itu hidup, misalnya perumahan, pindah tempat tinggal, penggusuran, hidup dalam lingkungan yang rawan, dan sebagainya. Rasa tidak aman dan tidak terlindung membuat jiwa seseorang terancam sehingga mengganggu ketenangan dan ketentraman hidup f) Masalah Keuangan Masalah keuangan ( kondisi social ekonomi ) yang tidak sehat, misalnya pendapatan lebih rendah dari pengeluaran, terlihat hutang, kebangkrutan usaha dan sebagainya g) Hujum Keterlibatan seseorang dalam masalah hokum dapat merupakan sumber stress, misalnya tuntunan hokum, pengadilan, penjara, dan lain sebagainya. h) Perkembangan Yang dimaksud dengan perkembangan disini adalah perkembangan baik fisik dan mental seseorang i) Penyakit Fisik atau Cedera Sumber stress yang mempengaruhi kondisi kejiwaan seseorang antara lain penyakit ( trauma penyakit yang kronis ), jantung, kanker, kecelakaan, oprasi, aborsi dan sebagainya j) Factor Keluarga Biasanya terjadi pada anak dan remaja yang disebabkan karena kondisi keluarga yang tidak baik, misalnya hubungan orang tua yang dingin atau acuh tak acuh, kedua orang tua jarang dirumah, perceraian, dan orang tua yang mendidik anaknya kurang sabar, keras dan otoriter. f. Terapi pada Pasien Gangguan Jiwa Menurut ( Kusumawati, Farida, 2010 : 128 ) tetapi dalam jiwa bukan meliputi pengobatan dengan farmakotrapi tetapi juga pemberian psikotrapi serta terapi modalis yang sesuai dengan gejala penyakit pasien yang mendukung penyembuhan pasien 1) Psikofarmaka Terapi dengan menggunakan obat – obatan disebut psikofarmatrapi ( medikasi psikoterapika ) yaitu obat yang mempunyai efek samping terapetik langsung pada proses mental penderita karena kerjanya pada otak atau system saraf pusat. Jenis – jenis psikotrapika meliputi: a) Anti psikotik 1. Jenis • Antipsikotik atipikal, contoh : clozapine ( Clozaril ), resperidone ( Resperdal ) • Antipsikotik tipikal : butirofenon ( Haloperidol/ haldol ), fenotazine ( Chlorpromazine, perphenazine ( Trilafon ) • Obat antipsikosis jenis neuroleptika : Chlorpromazine, thloridazine, haloperidol, triflouperazine 2. Indikasi • Mengatasi gejala – gejala psikotik ( waham, halusinasi, agitasi, prilaku kacau ) • Skizofernia, psikosis organik, psikotik akut, meredakan halusinasi, delusi, pikiran kacau, ansietas berat, mual, muntah dan kejang. • Memblokade dopamine pada pascasinapatik neuron di otak terutama pada system limbic dan system ekstrapiramidal Efek samping • Gejala ekstrapiramidal : otot kaku atau spasme, wajah topeng, disfagia, sakit kepala dan kejang • Takikardia, aritmia, hipertensi, dan hipotensi orthostatic • Mata : pandangan kabur, glukoma • Sering buang air kecil, retensi urine, ipotensi, amenorea • Hematologi : anemia, dan leucopenia • Kulit : rash, dermatitis, fotosensitif 3. Kontraindikasi • Gangguan kejang • Glukoma • Klien usia lanjut • Wanita hamil atau sedang menyusui b) Antiansietas hipnotik sedatif 1. Jenis • Benzodiazepine : diazepam ( Valium ), Lorazepam ( Ativan ), aprazolam ( Xanax ) • Nonbenzodiazepine : buspirob, sulpiride 2. Indikasi • Gangguan ansietas • Meredakan ansietas ketegangan karena situasi tertentu • Gejala putus zat karena alcohol • Meredakan spasme otot • Menurunkan ansietas berat agar bisa diberikan psikotrapi 3. Efek samping • Kelambatam mental, sedasi, vertigo, bingung, tremor, lelah, depresi, sakit kepala, ansietas, insomania, kejang, kaki lemas, ataksia, bicara pelo • Hipotensi orthostatistik, takikardia, perubahan EKG • Mata kabur, midriasis, telinga tinnitus • Anoreksia, mual, mulut kering, diare, konsipasi • Kulit : rash, dermatitis dan pruritus 4. Kontraindikasi • Penyakit hati dan ginjal • Pasien lansia • Glukoma • Kehamilan dan menyusui • Gangguan pernafasan sebelumnya • Psikosis • Reaksi hipersensitif c) Antimanik : Mood Stabilizer • Jenis : lithium • Indikasi : gangguan afektif tipe manic • Efek trapi : stabilitasi mood • Efek samping : Berat badan meningkat, perubahan EKG, tremor, nyeri kepala, iritasi gester. d) Antidepresan • Jenis : trisiklik ( Amitriptilin ), MAO inhibitors ( Maclobenide ), tetracylic compound ( Amoxampine, Maprotiline ), atipycal antidepressant ( Trazodone ). • Indikasi : depresi, nyeri berat dan kronis enuresis anak > 6 Tahun, gangguan obsesif kompulsif • Efek trapi : meningkatkan mood • Efek samping : mengantung gangguan fungsi social, gangguan gastrointestinal, tremor, hipotensi, mulut kering, konstipasi, retensi urine, agitasi, gelisah e) Antiparkison • Jenis : Trihexyphenidile, Benadryl, SA • Indikasi : gejala perkinson, gejala ekstrapiramidal • Kontraindikasi : gangguan jantung, hipertensi, glukoma, gastric ulces, kehamilan dan menyusui 2) Trapi Samatios Trapi somatis adalah terapi yang diberikan pada klien dengan gangguan jiwa dengantujuan mengubah prilaku yang maladaptive menjadi prilaku adaktif dengan melakukan tindakan yang ditujukan pada kondisi fisik klien. Walaupun yang diberi perlakuan adalah fisik tapi target terapi adalah prilaku klien. Jenis trapi somatic antara lain adalah : a) Pengikat Pengikat adalah terapi yang menggunakan alat mekanik atau manual untuk membatasi mobilitas fisik klien yang bertujuan untuk melindungi cedar fisik pada klien sendiri atau orang lain. b) ECT ( Elektro Convulsive Therapy ) Elektro Convulsive Therapy (ECT ) adalah bentuk trapi pada klien dengan menimbulkan kejang dengan mengalirkan arus listrik kekuatan rendah ( 2-3 joule ) melalui electrode yang ditempelkan beberapa detik pada pelipis kiri dan kanan klien. c) Isolasi Isolasi adalah bentuk terapi dengan menempatkan klien sendiri di ruangan tersendiri untuk mengendalikan prilakunya dan melindungi klien, orang lain dan lingkungan dari bahaya potensial yang mungkin terjadi. Akan tetapi tidak dianjurkan pada klien dengan resiko bunuh diri, klien dengan agitasi yang disertai dengan gangguan pengaturan suhu tubuh akibat obat serta prilaku yang menyimpang. d) Fototrapi Fototrapi adalah terapi yang diberikan dengan memaparkan klien pada sinar terang 5 – 20x lebih terang dari pada sinar ruangan dengan posisi duduk, mata terbukapada jarak 1,5 meter di depan klien diletakan lampu setinggi mata. Terapi ini bermanfaat dan menimbulkan efek positif serta 75% dapat menurunkan gejala depresi dengan efeksamping ketergantungan pada mata, sakit kepala, cepat terangsang, insomania, kelelahan, mual, mata menjadi kering serta keluar sekresi dari hidung dan sinus 3) Psikoreligis Terapi keagamaan terhadap penderita skizoprenia ternyata mempunyai manfaat. Dari hasil penelitian secara umum menunjukan bahwa komitmen agama berhubungan dengan manfaat di bidang klinik ( Religius commitment is associated whith clinical benefit ) Terapi keagamaan dimaksudkan penelitian tersebut adalah berupa kegiatan ritual keagamaan seperti sembahyang, berdo’a, ceramah keagamaan dan lain sebagainya. Di dalam ajaran agama ( Islam ) adanya penyakit itu ditanggap sebagai satu cobaan dan ujian keimanan seseorang. Oleh karenanya orang harus bersabar dan tidak boleh putus asa berusaha untuk mengobatinya dengan senagtiasa berdo’a memohon pertolongan dan ampunan kepada Allah SWT ( Hawari, 2009 : 95 – 105 ) 4) Terapi Deprivasi Tidur Terapi ini adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan mengurangi jumlah tidur klien sebanyak 3,5 jam. Cocok diberikan pada klien dengan depresi Pada terapi diatas juga dengan dukungan dari keluarga dan social akan memberikan peningkatan penyembuhan karena pasien akan merasa berguna dalam masyarakat dan tidak merasa diasingkan dengan penyakit yang dialaminya.

Jumat, 20 April 2012

KONSEP DASAR PENANGANAN PASIEN GAWAT DARURAT

I. PENGERTIAN A. PPGD ( Penanggulangan Penderita Gawat Darurat ) Suatu pertolongan yang cepat dan tepat untuk mencegah kematian maupun kecatatan. Berasal dari istilah critical ill patient (pasien kritis/gawat) dan emergency patient (pasien darurat). B. Penderita Gawat Darurat Penderita yang mendadak berada dalam keadaan gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya. Contoh : AMI, Fraktur terbuka, trauma kepala. C. Penderita Gawat Tidak Darurat Penderita yang memerlukan pertolongan “ segera” tetapi tidak terancam jiwanya/menimbulkan kecacatan bila tidak mendapatkan pertolongan segera, misalnya kanker stadium lanjut. D. Penderita Darurat Tidak Gawat Penderita akibat musibah yang datang tiba-tiba, tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota badannya, misanya luka sayat dangkal. E. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat Penderita yang menderita penyakit yang tidak mengancam jiwa/kecacatan, Misalnya pasien dengan DM terkontrol, flu, maag dan sebagainya. II. PENYEBAB GAWAT DARURAT A. Kecelakaan (Accident) Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai factor yang datangnya mendadak, tidak dikehendaki sehinga menimbulkan cedera (fisik, mental, sosial) B. Cedera Masalah kesehatan yang didapat/dialami sebagai akibat kecelakaan. Kecelakaan dan cedera dapat diklasifikasikan menurut : 1. Tempat kejadian a. kecelakaan lalu lintas, b. kecelakaan di lingkungan rumah tangga ; c. kecelakaan di lingkungan pekerjaan ; d. kecelakaan di sekolah; e. kecelakaan di tempat-tempat umum lain seperti halnya: tepat rekreasi, perbelanjaan, di arena olah raga dan lain-lain. 2. Mekanisme kejadian Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik oleh benda asing. tersengat, terbakar baik karena efek kimia, fisik maupun listrik atau radiasi. 3. Waktu kejadian a. Waktu perjalanan (traveling/trasport time): b. Waktu bekerja, waktu sekolah, waktu bermain dan lain- lain C. Bencana Peristiwa atau rangkaian peritiwa yang disebabkan oleh alam dan atau manusia yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia. kerugian harta benda, kerusakan Iingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat dan pembangunan nasional yang memerlukan pertolongan dan bantuan. Kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau kegagalan dan salah satu sistem/organ di bawah ini yaitu : 1. Susunan saraf pusat 2. Pernapasan 3. Kardiovaskuler 4. Hati 5. Ginjal 6. Pancreas Penyebab Kegagalan Organ : 1. Trauma/cedera3 2. lnfeksi 3. Keracunan (poisoning) 4. Degenerasi (failure) 5. Asfiksia 6. Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar (excessive loss of wafer and electrolit) 7. Shock 8. perdarahan akut 9. tumor / kanker Kegagalan system organ susunan saraf pusat, kardiovskuler, pernapasan dan hipoglikemia dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat (4-6 menit), sedangkan kegagalan sistim/organ yang lain dapat menyebabkan kematian dalam waktu yang lebih lama. III. TUJUAN PENANGGULANGAN PENDERITA GAWAT DARURAT (PPGD) a. Mencegah kematian dan cacat (to save life and limb) pada periderita gawat darurat, hingga dapat hidup dan berfungsi kembali dalarn masyarakat sebagaimana mestinya. b. Merujuk penderita . gawat darurat melalui sistem rujukan untuk memperoleh penanganan yang Iebih memadai. c. Menanggulangi korban bencana. IV. PRINSIP PENANGGULANGAN PENDERITA GAWAT DARURAT 1. Kecepatan menemukan penderita gawat darurat 2. Kecepatan meminta pertolongan 3. Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan ditempat kejadian, dalam perjalanan kerumah sakit, dan pertolongan selanjutnya secara mantap di Puskesmas atau rumah sakit. IV. SISTEM PENANGGULANGAN PENDERITA GAWAT DARURAT Tujuan Tercapainya suatu pelayanan kesehatan yang optimal, terarah dan terpadu bagi setiap anggota masyarakat yang berada dalam keadaan gawat darurat. Upaya pelayanan kesehatan pada penderita gawat darurat pada dasarnya mencakup suatu rangkaian kegiatan yang harus dikembangkan sedemikian rupa sehingga mampu mencegah kematian atau cacat yang mungkin terjadi. Cakupan pelayanan kesehatan yang perlu dikembangkan meliputi: a. Penanggulangan penderita di tempat kejadian b. Transportasi penderita gawat darurat dan tempat kejadian kesarana kesehatan yang lebih memadai. c. Upaya penyediaan sarana komunikasi untuk menunjang kegiatan penanggulangan penderita gawat darurat. d. Upaya rujukan ilmu pengetahuan,pasien dan tenaga ahli e. Upaya penanggulangan penderita gawat darurat di tempat rujukan (Unit Gawat Darurat dan ICU). f. Upaya pembiayaan penderita gawat darurat. V. TRIAGE Tindakan memilah-milah korban sesuai dengan tingkat kegawatannya untuk memperoleh prioritas tindakan. Pembagian golongan pada musibah masal/ bencana : 1. Gawat darurat – merah Kelompok pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya. 2. Gawat tidak darurat – putih Kelompok pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat, misalnya kanker stadium lanjut. 3. Tidak gawat, darurat – kuning Kelompok pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba, tetapi tidak mĂȘngancam nyawa dan anggota badannya, misanya luka sayat dangkal. 4. Tidak gawat, tidak darurat – hijau, Kelompok pasien yang tidak luka dan tidak memerlukan intervensi medic. 5. Meninggal – hitam VI. LINGKUP PPGD 1. Melakukan Primary Survey, tanpa dukungan alat bantu diagnostik kemudian dilanjutkan dengan Secondary Survey 2. Menggunakan tahapan ABCDE A : Airway management B : Breathing management C : Circulation management D : Drug ,Defibrilator ,Disability E : EKG ,Exposure 3. Resusitasi pada kasus dengan henti napas dan henti jantung Pada kasus-kasus tanpa henti napas dan henti jantung, maka upaya penanganan harus dilakukan untuk mencegah keadaan tsb, misal pasien koma dan pasien dengan trauma inhalasi atau luka bakar grade II-III pada daerah muka dan leher. Peran & Fungsi Perawat Gadar 1. Fungsi Independen Fungsi mandiri berkaitan dengan pemberian asuhan (Care) 2. Fungsi Dependen Fungsi yang didelegasikan sepenuhnya atau sebagian dari profesi lain 3. Fungsi Kolaboratif Kerjasama saling membantu dlm program kes. (Perawat sebagai anggota Tim Kes.) DAFTAR PUSTAKA http://home.utah.edu/~mda9899/cprpics.html

Selasa, 06 Maret 2012

Pengkajian Sistem Integumen dan Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Integumen

Pengkajian Sistem Integumen dan Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Integumen
Disusun oleh: Andi Mulyadi NIM : D08008 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN Kota Sukabumi Jalan Karamat No. 36 Telp. 0266-210215 Sukabumi PENGKAJIAN PADA SISTEM INTEGUMEN 1. DATA DEMOGRAFI 1) usia ( aging proses) 2) suku bangsa - ras normal / abnormal tergantung suku bangsa 3) pekerjaan - paparan sinar matahari, kimia iritasi zat atau substansi yang abrasive - lingkungan yang menjadi faktor masalah kulit 2. RIWAYAT KESEHATAN 1) riwayat medis dan pembedahan a. riwayat medis baik saat ini atau sebelumnya b. riwayat pembedahan 2) riwayat keluarga riwayat pengobatan a. tentang penyakit kulit yang kronis b. anggota keluarga yang bermasalah dengan gangguan sistem integumen 3) riwayat sosial pekerjaan aktifitas sehari-hari dengan lingkungannya, reaksi dss. 4) riwayat kesehatan saat ini a. kapan pertama kali mendapat masalah kulit b. bagian tubuh mana yang pertama kali terkena c. menjadi lebih baik atau memburuk d. mempunyai kondisi yang sama sebelumnya e. apa faktor penyebabnya f. bagaimana penatalaksanaanya g. adakah masalah yang menyertai : gatal, rasa terbakar, baal, nyeri, demam, nausea, vomiting, diare, sakit tenggorokan , dingin kaku h. keadaan buruk jika tersinar matahari, pengobatan padnas atau dingin i. apa yang membuat masalah menjadi baik j. apa faktor pencetus karena makanan , sprei baru, sabun baru, kosmetik baru dan lain lain. k. Bagaimana ruam atau lesi tersebut terlihat ketika muncul untuk pertama kalinya l. Apakah terdapat rasa gatal, tebakar, kesemutan atau seperti ada yang merayap m. Apakah ada gangguan sensasi kulit n. Apakah masalah tersebut menjadi bertambah pada musim tertentu o. Apakah anda mempunyai riwayat hypever, asma atau alergi p. Apakah ada di keluarga yang mempunyai masalah kulit q. Apakah erupsi kulit muncul setelaah makan makanan tertentu r. Apakah anda mengkonsumsi alkohol s. Apakah ada hubungan antara kejadian tertentu dengan ruam kulit t. Obat- obatan apa yang anda gunakan ( krim, salep, lotion) untuk mengobati kelainan kulit tersebut yang dapat dibeli di toko obat u. Jenis kosmetik apa untuk perawatan kulit yang anda gunakan v. Apakah di lingkungna sekitar anda terdapat faktor- faktor ( tanaman, hewan jat iritan, kimia infeksi ) yang menimbulkan masalah pada kulit w. Apakah ada sesuatu mengenai kulit yang yang menimbulkan ruam. 5) riwayat diet - kaji BB, Be ntuk tubuh, makanan yang disukai 3. STATUS SOSIAL EKONOMI Latar belakang status ekonomi klen intuk mengidentifikasi faktor lingkungan yang dapat menjadi faktor penyebab penyakit kulit ( berapa kjam terpapar sinar matahari, bagaimana dengan personal hygienenya. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG Jika masalah kulit sudah dapat diidentifikasi, kaji : 1. kapan klien pertama kali melihat adanya rash 2. dibagian tubuh mana rash mulai 3. apakah masalahnya dapat diatasi atau bertambah banyak jika masalah sama dengan penyakit sebelumnya , kaji ; 1. penyebab lesi kulit 2. bagaimana cara mengatasinya 3. hubungkan dengan gejala penyerta yang lain : gatal, gatal rasa terbakar, rasa bassal;, demam, nausea dan vomiting, nyerio tenggorokan , Kaku kuduk 4. identifikasi yang menbuat masalah menjadi baik atau menjadi buruk PEMERIKSAAN FISIK Inspeksi dan palpasi dengan menggunakan : - penlight untuk menyinari lesi - pakaian dapat dilepaskan seluruhnya dan diselimuti dengan benar - proteksi diri sarung tangan haris dipakai ketika melakukan pemeriksaan kulit Tampilan umum kulit karakteristik kulit normal diantaranya: 1. warna warna kulit normal bervariasi antara orang yang satu dengan yang lain dari berkisar warna gading atau coklat gelap, kulit bagian tubuh yang terbuka khususnya di kawasan yang beriklim panas dan banyak cahaya matahari cenderung lebih berpigmen efek vasodilatasi yang ditimbulkan oleh demam sengatan matahari dan inflamasi akan menimbulkan bercak kemerahan pada kulit, pucat merupakan keadaan atau tidak adanya atau berkurangnya toonus serta vaskularissi yang normal dan paling jelas terlihat pada konjungtiva. Warna kebiruan pada sianosis menunjukan hipoksia seluler dan mudah terlihat pada ekstremitas , dasar ,kuku bibir serta membran mukosa. Ikterus adalah keadaan kulit yang menguning , berhubungan langsung dengan kenaikan bilirubin serum dan sering kali terlihat pada sklera serta membran mukosa. 2. Tekstur kulit Tekstur kulit normalnya lembut dan kencang, pajanan matahari, proses penuaan dan peroko berat akan membuat kulit sedikit lembut. Niormalnya kulit adalah elastis dan akan lebih cepat kembali turgor kulit baik 3. Suhu Suhu kulit normalnya hangat , walaupun pada beberapa kondisi pada bagian ferifer seperti tangan dan telapak kaki akan teraba dingin akibat vasokontriksi 4. Kelembaban Secara normal kulit akan teraba kering saat disentuh. Pada suatu kondisi saat ada peningkatan aktifitas dan pada peningkatan kecemasan kelembaban akan meningkat 5.Bau busuk Kulit normal bebas dari bau yang tidak mengenakan. Bau yang tajam secara normal akan ditemukan pada peningkatan produksi keringat pada area aksila dan lipat paha 6. EFLORENSI Eflorensi adalah pengkajian kelainan kulit yang dapat dilihat dengan mata telanjang dan bila perlu di periksa dengan perabaan ada 2 macam pengkajian efrolensi 1. eflorensi primer adalah kelainan kulit yang terjadi pada permulaan penyakit diantaranya : - makula : warna kulit tegas, ukuran bentuk bervariasi, tanpa disertai peninggian atau cekungan diameter 2. eflorensi sekunder adalah kelainan kulit yang terjadi selama perjalanan penyakit PROSEDUR DIAGNOSTIK PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN 1.Biops Kulit. Mendapatkan jaringan untuk dilakukan pemeriksaan mikroskopik dengan cara eksisi dengan scalpel atau alat penusuk khusus ( skin punch) dengan mengambil bagian tengah jaringan. Indikasi Pada nodul yang asal nya tidak jelas untuk mencegah malignitas. Dengan warna dan bentuk yang tidak lazim. Pembentukan lepuh. 2. Patch Test Untuk mrngenali substansi yang menimbulkan alergi pada pasien dibawah plester khusus ( exclusive putches ). indikasi - Dermatitis, gejalak kemerahan, tonjolan halus, gatal- gatal. Reaksi + lemah. - Blister yang halus, papula dan gatal –gatal yang hebat reaksi + sedang. - Blister/bullae, nyeri, ulserasi reaksi + kuat. Penjelasan pada pasien sebelum dan sesudah pelksanaan patch test : - Jangan menggunakan obat jenis kortison selam satu minggu sebelum tgl pelaksanaan. - Sample masing – masing bahan tes dalam jumlah yang sedikit dibubuhkan pada plester berbentuk cakaram kemudian ditempel pada punggung,dengan jumlah ynag bervariasi.( 20 – 30 buah.). - Pertahankan agar daerah punggung tetap kering pada saat plester masih menempel. - Prosedur dilaksanakan dalam waktu 30 menit. - 2- 3 hari setelah tes plester dilepas kemudian lokasi dievaluasi. 3. Pengerokan Kulit Sampel kulit dikerok dari lokasi lesi, jamur, yang dicurigai.dengan menggunakan skatpel yang sudah dibasahi dengan minyak sehingga jaringan yang dikerok menempel pada mata pisau hasil kerokan dipindahkan ke slide kaca ditutup dengan kaca objek dan dipriksa dengan mikroskop. 4. Pemeriksaan Cahaya Wood ( Light Wood) Menggunakan cahaya UV gelombang panjang yang disebut black light yang akan menghasilakan cahaya berpedar berwarna ungu gelap yang khas.cahaya akan terlihat jelas pada ruangan yang gelap, digunakan untuk memebedakan lesi epidermis dengan dermis dan hipopigmentasi dengan hiperpigmentasi. 5. Apus Tzanck Untuk memeriksa sel – sel kulit yang mengalami pelepuhan. Indikasi - Herpes zoster,varisella, herpes simplek dan semua bentuk pemfigus. - Secret dari lesi yang dicurigai dioleskan pada slide kaca diwarnai dan periksa. ASUHAN KEPERAWATAN.PADA KLIEN DENGAN DERMATITIS ALERGIK 1. Pengkajian Untuk menetapkan bahan alergen penyebab dermatitis kontak alergik diperlukan anamnesis yang teliti, riwayat penyakit yang lengkap, pemeriksaan fisik dan uji tempel. Pada anamnesis perlu juga ditanyakan riwayat atopi, perjalanan penyakit, pekerjaan, hobi, riwayat kontaktan dan pengobatan yang pernah diberikan oleh dokter maupun dilakukan sendiri, obyek personal meliputi pertanyaan tentang pakaian baru, sepatu lama, kosmetika, kaca mata, dan jam tangan serta kondisi lain yaitu riwayat medis umum dan mungkin faktor psikologik. Pemeriksaan fisik didapatkan adanya eritema, edema dan papula disusul dengan pembentukan vesikel yang jika pecah akan membentuk dermatitis yang membasah. Lesi pada umumnya timbul pada tempat kontak, tidak berbatas tegas dan dapat meluas ke daerah sekitarnya. Karena beberapa bagian tubuh sangat mudah tersensitisasi dibandingkan bagian tubuh yang lain maka predileksi regional diagnosis regional akan sangat membantu penegakan diagnosis. Kriteria diagnosis dermatitis kontak alergik adalah : 1.Adanya riwayat kontak dengan suatu bahan satu kali tetapi lama, beberapa kali atau satu kali tetapi sebelumnya pernah atau sering kontak dengan bahan serupa. 2.Terdapat tanda-tanda dermatitis terutama pada tempat kontak. 3.Terdapat tanda-tanda dermatitis disekitar tempat kontak dan lain tempat yang serupa dengan tempat kontak tetapi lebih ringan serta timbulnya lebih lambat, yang tumbuhnya setelah pada tempat kontak. 4.Rasa gatal 5.Uji tempel dengan bahan yang dicurigai hasilnya positif. B. Diagnosis Keperawatan Diagnosa keperawatan yang umumnya muncul pada klien penderita kelainan kulit seperti dermatitis kontak adalah sebagai berikut : 1. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kekeringan pada kulit 2. Resiko kerusakan kulit berhubungan dengan terpapar alergen 3. Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan pruritus 4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus 5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak bagus. Intervensi Keperawatan 1. Diagnosa I : Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kekeringan pada kulit Tujuan :Kulit klien dapat kembali normal. Kriteria hasil : Klien akan mempertahankan kulit agar mempunyai hidrasi yang baik dan turunnya peradangan, ditandai dengan mengungkapkan peningkatan kenyamanan kulit, berkurangnya derajat pengelupasan kulit, berkurangnya kemerahan, berkurangnya lecet karena garukan, penyembuhan area kulit yang telah rusak. Intervensi: 1. Mandi paling tidak sekali sehari selama 15 – 20 menit. Segera oleskan salep atau krim yang telah diresepkan setelah mandi. Mandi lebih sering jika tanda dan gejala meningkat. . 2. Gunakan air hangat 3.Gunakan sabun yang mengandung pelembab atau sabun untuk kulit sensitive. 4. Hindari mandi busa. 5.Oleskan/berikan salep atau krim yang telah diresepkan 2 atau tiga kali per hari. 2. Diagnosa II: Resiko kerusakan kulit berhubungan dengan terpapar alergen Tujuan :Tidak terjadi kerusakan pada kulit klien Kriteria hasil :Klien akan mempertahankan integritas kulit, ditandai dengan menghindari alergen Intervensi 1. Ajari klien menghindari atau menurunkan paparan terhadap alergen yang telah diketahui. 2. Baca label makanan kaleng agar terhindar dari bahan makan yang mengandung alergen 3. Hindari binatang peliharaan. 4.Gunakan penyejuk ruangan (AC) di rumah atau di tempat kerja, bila memungkinkan. 3. Diagnosa III: Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan pruritus. Tujuan : Rasa nyaman klien terpenuhi Kriteria hasil : Klien menunjukkan berkurangnya pruritus, ditandai dengan berkurangnya lecet akibat garukan, klien tidur nyenyak tanpa terganggu rasa gatal, klien mengungkapkan adanya peningkatan rasa nyaman Intervensi 1. Jelaskan gejala gatal berhubungan dengan penyebabnya (misal keringnya kulit) dan prinsip terapinya (misal hidrasi) dan siklus gatal-garuk-gatal-garuk. 2. Cuci semua pakaian sebelum digunakan untuk menghilangkan formaldehid dan bahan kimia lain serta hindari menggunakan pelembut pakaian buatan pabrik. 3. Gunakan deterjen ringan dan bilas pakaian untuk memastikan sudah tidak ada sabun yang tertinggal. 4. Diagnosa VI: Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus. Tujuan : Klien bisa beristirahat tanpa adanya pruritus. Kriteria Hasil :1.Mencapai tidur yang nyenyak. 2.Melaporkan gatal mereda. 3.Mempertahankan kondisi lingkungan yang tepat. 4.Menghindari konsumsi kafein. 5.Mengenali tindakan untuk meningkatkan tidur. 6.Mengenali pola istirahat/tidur yang memuaskan. Intervensi : 1. Nasihati klien untuk menjaga kamar tidur agar tetap memiliki ventilasi dan kelembaban yang baik. 2. Menjaga agar kulit selalu lembab. 3. Menghindari minuman yang mengandung kafein menjelang tidur. 4. Melaksanakan gerak badan secara teratur. 5. Diagnosa V: Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak bagus. Tujuan :Pengembangan peningkatan penerimaan diri pada klien tercapai Kriteria Hasil : 1.Mengembangkan peningkatan kemauan untuk menerima keadaan diri. 2.Mengikuti dan turut berpartisipasi dalam tindakan perawatan diri. 3.Melaporkan perasaan dalam pengendalian situasi. 4.Menguatkan kembali dukungan positif dari diri sendiri. 5.Mengutarakan perhatian terhadap diri sendiri yang lebih sehat. 6.Tampak tidak meprihatinkan kondisi. 7.Menggunakan teknik penyembunyian kekurangan dan menekankan teknik untuk meningkatkan penampilan Intervensi : 1.Kaji adanya gangguan citra diri (menghindari kontak mata,ucapan merendahkan diri sendiri). 2.Identifikasi stadium psikososial terhadap perkembangan. 3.Berikan kesempatan pengungkapan perasaan. 4.Nilai rasa keprihatinan dan ketakutan klien, bantu klien yang cemas mengembangkan kemampuan untuk menilai diri dan mengenali masalahnya.. 5.Dukung upaya klien untuk memperbaiki citra diri , spt merias, merapikan. 6.Mendorong sosialisasi dengan orang lain. D.Evaluasi Evaluasi yang akan dilakukan yaitu mencakup tentang : 1.Memiliki pemahaman terhadap perawatan kulit. 2.Mengikuti terapi dan dapat menjelaskan alasan terapi. 3.Melaksanakan mandi, pembersihan dan balutan basah sesuai program. 4.Menggunakan obat topikal dengan tepat. 5.Memahami pentingnya nutrisi untuk kesehatan kulit. DAFTAR PUSTAKA Muttaqin Arif.2010.Pengkajian Keperawatan.Jakarta:Salemba Medika http://devilsavehuman.blogspot.com/2009/03/askep-klien-dermatitis-alergi.html http://www.dokterumum.net/arsip/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan-gangguan-dermatitis-com.html

Minggu, 29 Januari 2012

LAPORAN PENDAHULUAN STROKE NON HEMORAGIK (SNH)

LAPORAN PENDAHULUAN
STROKE NON HEMORAGIK (SNH)





DI SUSUN OLEH:
NAMA :ANDI MULYADI
NIM :32722001D08008
PRODI : DIII KEPERAWATAN


LAPORAN PENDAHULUAN
1) PENGERTIAN
a. Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang di akibatkan oleh terhentinya suplai darah kebagian otak ( Brunner dan Sudart )
b. Sroke Non Hemorajik adalah sindroma klenis yang awalnya timbul mendatar, progresi cepat berupa depisit neurologis fokal / global yang berlangsung 24 jam/ lebih atau langsung menimbulkan kematian yang di sebabkan oleh/ gangguan peredaran darah otak non staumatik ( arif masjoer, 2ooo hal 7)
c. Store non hemoragik merupakan proses terjadinya iskemia akibat emboli dan thrombosis selebral biasanya terjadi setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari dan tidak terjadi pendarahan. Namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul indema sekunder ( arif mutaqin 2008 hal 130 )

2) Etiologi
Stroke Non Hemorajik dapat di klasfikasikan menjadi 2 bagian di tinjau dari penyebabnya Yaitu:
a. Stroke embolik adalah bekuan atau gumpalan darah yang terbawa aliran darah bagian lain tubuh ke dalam otak sumber embolik selebral yang paling sering adalah jantung dan arteri karotis riwayat penyakit demam reumatik, fibrirasi atrium ( tersering) infrark miokardium dan kelainan katup jantung biasanya rentan t erkena stroke embolik khususnya bila mereka mengalami kelainan irama jantung ( arit Mia) (Thomas DJ 1996)
b. Sroke trombotik
Trombotik selebral dapat menjadi akibat proses penyempitan ( arterioskleosis).
Pembuluh nadi otak dengan derajat yang sedang / berat dan adanya perlambatan sirkulasi selebral keadaan ini sangat berhubungan erat dengan usia, tetapi dapat pula di timbulkan oleh tekanan darah tinggi dan resiko lainnya seperti diabetes beserta kadar lemak termasuk kolesterol yang tinggi dalam darah.

3) Patofisiologi

Trombus dan Embuli
( arterosklerosis, arteritis keadaan hiperkoogulasi dan penyakit jantung siruktara )



Pembentukan plak ateros di pembuluh darah darah




Penyempitan / stenosis pembuluh darah ( pangkal arteria karotis interna) atau yang lebih jarang diarteria serebri media dan arterior




Darah terdorong melalui system vaskuler oleh gradien tekanan

Aliran darah yang lebih cepat melalui lumen yang lebih kecil menurunkan gradien ditempat kontriksi akibat pembuluh yang menjepit.




Stenosis mencapai tingkat penyumbatan




Penurunan tajam kecepatan aliran darah



Iskemia otak



Stroke iskemik (non – hemoragik)
(sumber price dan Wilson (2005) )




4) Manifestasi klinis
a. Gangguan penglihatan pada satu mata tanpa disertai rasa nyeri ( amalirosis fulgat )
b. Kehilangan control volunteer terhadap gerakan motorik adanya hemiplegia, hemi paresis, meningkat/ menurunkan reflek tendo
c. Gang bahasa : disatria ( kesulitan bicara ), disflagia ( kehilangan berbicara )
d. Gang visual ( unilaterial)bilaterial ): humomimushesmianupsia ( kehilangan lapang pandang )
e. Gang sensorik dan motorik dari wajah saja dan anggota gerak secara unilateral
f. Reflek patologik ( tanda babenski bilaterial )
g. Mendadak tidak stabil / ataksia
h. Rasa buat diwajah, mulut dan inkotinensia urine
i. Dimensia, gangguan daya ingat

5) Penatalaksanaan
Tindakan medis terhadap pasien stroke meliputi diuretik untuk menurunkan edema selebral yang mencapai tingkat maksimum 3-5 hari setelah infasien serebral antikoogulasi dapat diresepkan untuk mencegah pemberatanya trombosit dapat diresepkan karena trombosit memainkan peran sangat penting dalam pembentukan thrombus dan embolisasi

6) Asuhan Keperawatan
a. Aktifitas dan istirahat
Gejala : kesulitan dalam beraktifitas : kelemahan, paradysis, mudah lelah, kesulitan istirahat
b. Sirkulasi
Gejala : riwayat penyakit jantung
c. Intergritas Ego : ( perasaan tidak menentu ) gelisah
d. Eliminasi inkontinensia, anasia, disteria, abdomen, tidak ada suara usus )
e. Makan dan minum pola nutrisi, 9 nyeri / kenyamanan, keamanan, h. Respirasi
J. interaksi sosial

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Perubahan perfusi jaringan selebral b.d terputusnya aliran darah gang oklusif, hemoragi vasosvasme darah selebral, edema selebral
2) Kerusakan mobilisasi fisik b.d keterlibatan neuromuskuler kelemahan parestesia flaksid/ falisis hipotonik, paralisys spatis, kerusakan reseptual / kognitif
3) Kerusakan komunikasi verbal atau tertulis b.d kerusakan sirkulasi serebral kerusakan neuromuskular, kelemahan umum

INTERVENSI KEPERAWATAN
Dx 1 :
a. catat stasus neurologi sesering mungkin dan dibandinkan
dengan keadaan normalnya
b. tentukan factor-faktor yang b.d keadaan / penyebab khusus selama koma / penurunan perfusi
c. pantau TTV
e. pertahankan fitrah baring dan ciptaan yang lingkungan tenang

Dx 2 :
a. Kaji kemampuan secara fungsional / luasnya kerusakan awal dengan cara teratur
b. Mulailah melakukan gerakan pasif dan aktif
c. Tinggikan kepala dan tangan
d. Observasi jika ada edema sianosis dan tanda sirkulasi

Dx3 :
a. Kaji tipe atau derajat disfungsi
b. Perhatikan kesalahan dalam komunikasi dan pemberian umpan balik
c. Minta pasien menuliskan nama / kalimat yg pendek
d. Meminta bujukkan objek dan sebutkan benda