Selasa, 06 Maret 2012

Pengkajian Sistem Integumen dan Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Integumen

Pengkajian Sistem Integumen dan Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Integumen
Disusun oleh: Andi Mulyadi NIM : D08008 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN Kota Sukabumi Jalan Karamat No. 36 Telp. 0266-210215 Sukabumi PENGKAJIAN PADA SISTEM INTEGUMEN 1. DATA DEMOGRAFI 1) usia ( aging proses) 2) suku bangsa - ras normal / abnormal tergantung suku bangsa 3) pekerjaan - paparan sinar matahari, kimia iritasi zat atau substansi yang abrasive - lingkungan yang menjadi faktor masalah kulit 2. RIWAYAT KESEHATAN 1) riwayat medis dan pembedahan a. riwayat medis baik saat ini atau sebelumnya b. riwayat pembedahan 2) riwayat keluarga riwayat pengobatan a. tentang penyakit kulit yang kronis b. anggota keluarga yang bermasalah dengan gangguan sistem integumen 3) riwayat sosial pekerjaan aktifitas sehari-hari dengan lingkungannya, reaksi dss. 4) riwayat kesehatan saat ini a. kapan pertama kali mendapat masalah kulit b. bagian tubuh mana yang pertama kali terkena c. menjadi lebih baik atau memburuk d. mempunyai kondisi yang sama sebelumnya e. apa faktor penyebabnya f. bagaimana penatalaksanaanya g. adakah masalah yang menyertai : gatal, rasa terbakar, baal, nyeri, demam, nausea, vomiting, diare, sakit tenggorokan , dingin kaku h. keadaan buruk jika tersinar matahari, pengobatan padnas atau dingin i. apa yang membuat masalah menjadi baik j. apa faktor pencetus karena makanan , sprei baru, sabun baru, kosmetik baru dan lain lain. k. Bagaimana ruam atau lesi tersebut terlihat ketika muncul untuk pertama kalinya l. Apakah terdapat rasa gatal, tebakar, kesemutan atau seperti ada yang merayap m. Apakah ada gangguan sensasi kulit n. Apakah masalah tersebut menjadi bertambah pada musim tertentu o. Apakah anda mempunyai riwayat hypever, asma atau alergi p. Apakah ada di keluarga yang mempunyai masalah kulit q. Apakah erupsi kulit muncul setelaah makan makanan tertentu r. Apakah anda mengkonsumsi alkohol s. Apakah ada hubungan antara kejadian tertentu dengan ruam kulit t. Obat- obatan apa yang anda gunakan ( krim, salep, lotion) untuk mengobati kelainan kulit tersebut yang dapat dibeli di toko obat u. Jenis kosmetik apa untuk perawatan kulit yang anda gunakan v. Apakah di lingkungna sekitar anda terdapat faktor- faktor ( tanaman, hewan jat iritan, kimia infeksi ) yang menimbulkan masalah pada kulit w. Apakah ada sesuatu mengenai kulit yang yang menimbulkan ruam. 5) riwayat diet - kaji BB, Be ntuk tubuh, makanan yang disukai 3. STATUS SOSIAL EKONOMI Latar belakang status ekonomi klen intuk mengidentifikasi faktor lingkungan yang dapat menjadi faktor penyebab penyakit kulit ( berapa kjam terpapar sinar matahari, bagaimana dengan personal hygienenya. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG Jika masalah kulit sudah dapat diidentifikasi, kaji : 1. kapan klien pertama kali melihat adanya rash 2. dibagian tubuh mana rash mulai 3. apakah masalahnya dapat diatasi atau bertambah banyak jika masalah sama dengan penyakit sebelumnya , kaji ; 1. penyebab lesi kulit 2. bagaimana cara mengatasinya 3. hubungkan dengan gejala penyerta yang lain : gatal, gatal rasa terbakar, rasa bassal;, demam, nausea dan vomiting, nyerio tenggorokan , Kaku kuduk 4. identifikasi yang menbuat masalah menjadi baik atau menjadi buruk PEMERIKSAAN FISIK Inspeksi dan palpasi dengan menggunakan : - penlight untuk menyinari lesi - pakaian dapat dilepaskan seluruhnya dan diselimuti dengan benar - proteksi diri sarung tangan haris dipakai ketika melakukan pemeriksaan kulit Tampilan umum kulit karakteristik kulit normal diantaranya: 1. warna warna kulit normal bervariasi antara orang yang satu dengan yang lain dari berkisar warna gading atau coklat gelap, kulit bagian tubuh yang terbuka khususnya di kawasan yang beriklim panas dan banyak cahaya matahari cenderung lebih berpigmen efek vasodilatasi yang ditimbulkan oleh demam sengatan matahari dan inflamasi akan menimbulkan bercak kemerahan pada kulit, pucat merupakan keadaan atau tidak adanya atau berkurangnya toonus serta vaskularissi yang normal dan paling jelas terlihat pada konjungtiva. Warna kebiruan pada sianosis menunjukan hipoksia seluler dan mudah terlihat pada ekstremitas , dasar ,kuku bibir serta membran mukosa. Ikterus adalah keadaan kulit yang menguning , berhubungan langsung dengan kenaikan bilirubin serum dan sering kali terlihat pada sklera serta membran mukosa. 2. Tekstur kulit Tekstur kulit normalnya lembut dan kencang, pajanan matahari, proses penuaan dan peroko berat akan membuat kulit sedikit lembut. Niormalnya kulit adalah elastis dan akan lebih cepat kembali turgor kulit baik 3. Suhu Suhu kulit normalnya hangat , walaupun pada beberapa kondisi pada bagian ferifer seperti tangan dan telapak kaki akan teraba dingin akibat vasokontriksi 4. Kelembaban Secara normal kulit akan teraba kering saat disentuh. Pada suatu kondisi saat ada peningkatan aktifitas dan pada peningkatan kecemasan kelembaban akan meningkat 5.Bau busuk Kulit normal bebas dari bau yang tidak mengenakan. Bau yang tajam secara normal akan ditemukan pada peningkatan produksi keringat pada area aksila dan lipat paha 6. EFLORENSI Eflorensi adalah pengkajian kelainan kulit yang dapat dilihat dengan mata telanjang dan bila perlu di periksa dengan perabaan ada 2 macam pengkajian efrolensi 1. eflorensi primer adalah kelainan kulit yang terjadi pada permulaan penyakit diantaranya : - makula : warna kulit tegas, ukuran bentuk bervariasi, tanpa disertai peninggian atau cekungan diameter 2. eflorensi sekunder adalah kelainan kulit yang terjadi selama perjalanan penyakit PROSEDUR DIAGNOSTIK PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN 1.Biops Kulit. Mendapatkan jaringan untuk dilakukan pemeriksaan mikroskopik dengan cara eksisi dengan scalpel atau alat penusuk khusus ( skin punch) dengan mengambil bagian tengah jaringan. Indikasi Pada nodul yang asal nya tidak jelas untuk mencegah malignitas. Dengan warna dan bentuk yang tidak lazim. Pembentukan lepuh. 2. Patch Test Untuk mrngenali substansi yang menimbulkan alergi pada pasien dibawah plester khusus ( exclusive putches ). indikasi - Dermatitis, gejalak kemerahan, tonjolan halus, gatal- gatal. Reaksi + lemah. - Blister yang halus, papula dan gatal –gatal yang hebat reaksi + sedang. - Blister/bullae, nyeri, ulserasi reaksi + kuat. Penjelasan pada pasien sebelum dan sesudah pelksanaan patch test : - Jangan menggunakan obat jenis kortison selam satu minggu sebelum tgl pelaksanaan. - Sample masing – masing bahan tes dalam jumlah yang sedikit dibubuhkan pada plester berbentuk cakaram kemudian ditempel pada punggung,dengan jumlah ynag bervariasi.( 20 – 30 buah.). - Pertahankan agar daerah punggung tetap kering pada saat plester masih menempel. - Prosedur dilaksanakan dalam waktu 30 menit. - 2- 3 hari setelah tes plester dilepas kemudian lokasi dievaluasi. 3. Pengerokan Kulit Sampel kulit dikerok dari lokasi lesi, jamur, yang dicurigai.dengan menggunakan skatpel yang sudah dibasahi dengan minyak sehingga jaringan yang dikerok menempel pada mata pisau hasil kerokan dipindahkan ke slide kaca ditutup dengan kaca objek dan dipriksa dengan mikroskop. 4. Pemeriksaan Cahaya Wood ( Light Wood) Menggunakan cahaya UV gelombang panjang yang disebut black light yang akan menghasilakan cahaya berpedar berwarna ungu gelap yang khas.cahaya akan terlihat jelas pada ruangan yang gelap, digunakan untuk memebedakan lesi epidermis dengan dermis dan hipopigmentasi dengan hiperpigmentasi. 5. Apus Tzanck Untuk memeriksa sel – sel kulit yang mengalami pelepuhan. Indikasi - Herpes zoster,varisella, herpes simplek dan semua bentuk pemfigus. - Secret dari lesi yang dicurigai dioleskan pada slide kaca diwarnai dan periksa. ASUHAN KEPERAWATAN.PADA KLIEN DENGAN DERMATITIS ALERGIK 1. Pengkajian Untuk menetapkan bahan alergen penyebab dermatitis kontak alergik diperlukan anamnesis yang teliti, riwayat penyakit yang lengkap, pemeriksaan fisik dan uji tempel. Pada anamnesis perlu juga ditanyakan riwayat atopi, perjalanan penyakit, pekerjaan, hobi, riwayat kontaktan dan pengobatan yang pernah diberikan oleh dokter maupun dilakukan sendiri, obyek personal meliputi pertanyaan tentang pakaian baru, sepatu lama, kosmetika, kaca mata, dan jam tangan serta kondisi lain yaitu riwayat medis umum dan mungkin faktor psikologik. Pemeriksaan fisik didapatkan adanya eritema, edema dan papula disusul dengan pembentukan vesikel yang jika pecah akan membentuk dermatitis yang membasah. Lesi pada umumnya timbul pada tempat kontak, tidak berbatas tegas dan dapat meluas ke daerah sekitarnya. Karena beberapa bagian tubuh sangat mudah tersensitisasi dibandingkan bagian tubuh yang lain maka predileksi regional diagnosis regional akan sangat membantu penegakan diagnosis. Kriteria diagnosis dermatitis kontak alergik adalah : 1.Adanya riwayat kontak dengan suatu bahan satu kali tetapi lama, beberapa kali atau satu kali tetapi sebelumnya pernah atau sering kontak dengan bahan serupa. 2.Terdapat tanda-tanda dermatitis terutama pada tempat kontak. 3.Terdapat tanda-tanda dermatitis disekitar tempat kontak dan lain tempat yang serupa dengan tempat kontak tetapi lebih ringan serta timbulnya lebih lambat, yang tumbuhnya setelah pada tempat kontak. 4.Rasa gatal 5.Uji tempel dengan bahan yang dicurigai hasilnya positif. B. Diagnosis Keperawatan Diagnosa keperawatan yang umumnya muncul pada klien penderita kelainan kulit seperti dermatitis kontak adalah sebagai berikut : 1. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kekeringan pada kulit 2. Resiko kerusakan kulit berhubungan dengan terpapar alergen 3. Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan pruritus 4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus 5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak bagus. Intervensi Keperawatan 1. Diagnosa I : Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kekeringan pada kulit Tujuan :Kulit klien dapat kembali normal. Kriteria hasil : Klien akan mempertahankan kulit agar mempunyai hidrasi yang baik dan turunnya peradangan, ditandai dengan mengungkapkan peningkatan kenyamanan kulit, berkurangnya derajat pengelupasan kulit, berkurangnya kemerahan, berkurangnya lecet karena garukan, penyembuhan area kulit yang telah rusak. Intervensi: 1. Mandi paling tidak sekali sehari selama 15 – 20 menit. Segera oleskan salep atau krim yang telah diresepkan setelah mandi. Mandi lebih sering jika tanda dan gejala meningkat. . 2. Gunakan air hangat 3.Gunakan sabun yang mengandung pelembab atau sabun untuk kulit sensitive. 4. Hindari mandi busa. 5.Oleskan/berikan salep atau krim yang telah diresepkan 2 atau tiga kali per hari. 2. Diagnosa II: Resiko kerusakan kulit berhubungan dengan terpapar alergen Tujuan :Tidak terjadi kerusakan pada kulit klien Kriteria hasil :Klien akan mempertahankan integritas kulit, ditandai dengan menghindari alergen Intervensi 1. Ajari klien menghindari atau menurunkan paparan terhadap alergen yang telah diketahui. 2. Baca label makanan kaleng agar terhindar dari bahan makan yang mengandung alergen 3. Hindari binatang peliharaan. 4.Gunakan penyejuk ruangan (AC) di rumah atau di tempat kerja, bila memungkinkan. 3. Diagnosa III: Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan pruritus. Tujuan : Rasa nyaman klien terpenuhi Kriteria hasil : Klien menunjukkan berkurangnya pruritus, ditandai dengan berkurangnya lecet akibat garukan, klien tidur nyenyak tanpa terganggu rasa gatal, klien mengungkapkan adanya peningkatan rasa nyaman Intervensi 1. Jelaskan gejala gatal berhubungan dengan penyebabnya (misal keringnya kulit) dan prinsip terapinya (misal hidrasi) dan siklus gatal-garuk-gatal-garuk. 2. Cuci semua pakaian sebelum digunakan untuk menghilangkan formaldehid dan bahan kimia lain serta hindari menggunakan pelembut pakaian buatan pabrik. 3. Gunakan deterjen ringan dan bilas pakaian untuk memastikan sudah tidak ada sabun yang tertinggal. 4. Diagnosa VI: Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus. Tujuan : Klien bisa beristirahat tanpa adanya pruritus. Kriteria Hasil :1.Mencapai tidur yang nyenyak. 2.Melaporkan gatal mereda. 3.Mempertahankan kondisi lingkungan yang tepat. 4.Menghindari konsumsi kafein. 5.Mengenali tindakan untuk meningkatkan tidur. 6.Mengenali pola istirahat/tidur yang memuaskan. Intervensi : 1. Nasihati klien untuk menjaga kamar tidur agar tetap memiliki ventilasi dan kelembaban yang baik. 2. Menjaga agar kulit selalu lembab. 3. Menghindari minuman yang mengandung kafein menjelang tidur. 4. Melaksanakan gerak badan secara teratur. 5. Diagnosa V: Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak bagus. Tujuan :Pengembangan peningkatan penerimaan diri pada klien tercapai Kriteria Hasil : 1.Mengembangkan peningkatan kemauan untuk menerima keadaan diri. 2.Mengikuti dan turut berpartisipasi dalam tindakan perawatan diri. 3.Melaporkan perasaan dalam pengendalian situasi. 4.Menguatkan kembali dukungan positif dari diri sendiri. 5.Mengutarakan perhatian terhadap diri sendiri yang lebih sehat. 6.Tampak tidak meprihatinkan kondisi. 7.Menggunakan teknik penyembunyian kekurangan dan menekankan teknik untuk meningkatkan penampilan Intervensi : 1.Kaji adanya gangguan citra diri (menghindari kontak mata,ucapan merendahkan diri sendiri). 2.Identifikasi stadium psikososial terhadap perkembangan. 3.Berikan kesempatan pengungkapan perasaan. 4.Nilai rasa keprihatinan dan ketakutan klien, bantu klien yang cemas mengembangkan kemampuan untuk menilai diri dan mengenali masalahnya.. 5.Dukung upaya klien untuk memperbaiki citra diri , spt merias, merapikan. 6.Mendorong sosialisasi dengan orang lain. D.Evaluasi Evaluasi yang akan dilakukan yaitu mencakup tentang : 1.Memiliki pemahaman terhadap perawatan kulit. 2.Mengikuti terapi dan dapat menjelaskan alasan terapi. 3.Melaksanakan mandi, pembersihan dan balutan basah sesuai program. 4.Menggunakan obat topikal dengan tepat. 5.Memahami pentingnya nutrisi untuk kesehatan kulit. DAFTAR PUSTAKA Muttaqin Arif.2010.Pengkajian Keperawatan.Jakarta:Salemba Medika http://devilsavehuman.blogspot.com/2009/03/askep-klien-dermatitis-alergi.html http://www.dokterumum.net/arsip/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan-gangguan-dermatitis-com.html