Sabtu, 28 Juli 2012

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN.T DENGAN PERUBAHAN SENSORI PERSEPSI : HALUSINASI PENGLIATAN AKIBAT SKIZOFERNIA PARANOID DI RUANG MERPATI PSBL PALAMARTA KABUPATEN SUKABUMI

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN.T DENGAN PERUBAHAN SENSORI PERSEPSI : HALUSINASI PENGLIATAN AKIBAT SKIZOFERNIA PARANOID DI RUANG MERPATI PSBL PALAMARTA KABUPATEN SUKABUMI
penyusun nama andi 08008 BAB I TINJAUAN TEORI 1. Konsep Dasar Skizoprenia 1. Skizoprenia a. Pengertian Skizoprenia dan Skizoprenia Paranoid 1) Skizoprenia Skizoprenia adalah gangguan yang terjadi pada fungsi otak, perubahan struktur kimia otak dan factor genetik ( Yosep, 2009 : 211 ) Skizoprenia atau psiktik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidakmampuan individu menilai kenyataan yang terjadi seperti misalnya terdapat halusinasi, waham perilaku kacau dan aneh ( Keliat, 2011 : 58 ) Skizoprenia adalah salah satu gangguan mental yang disebut psikosis yang tidak dapat mengenali atau tidak memiliki kontak dengan beberapa gejala seperti waham, halusinasi, pembicaraan dan tingkahlaku yang kacau ( Setiadi, Iman, 2006 : 17 ) Berdasarkan beberapa pengertian dari berbagai sumber dapat disimpulkan bahwa skizofrenia adalah gangguan yang terjadi pada fungsi otak perubahan stuktur kimia otak dan factor genetik yang ditandai dengan ketidakmampuan individu dalam menilai atau tidak dapat mengenali kenyataan yang terjadi dengan beberapa gejala seperti waham, halusinasi, pembicaraan, atau tingkah laku yang kacau dan aneh 2) Skizoprenia Paranoid Skizoprenia paranoid adalah gangguan skizofrenik yang didominasi oleh waham yang mencolok atau halusinasi audiotorik dalam kontes terdapatnya fungsi tau afek yang masih relatif masih terjaga ( Setiadi, Iman, 2006 : 20 ) Skizofrenia paranoid adalah gangguan jiwa yang memiliki gejala pikiran dipengaruhi dengan waham, halusinasi penglihatan, ansietas, marah, argumentative, berpotensi melakukan perilaku kekerasan pada diri sendiri dan orang lain ( Carmen, 2007 : 119 ) Berdasarkan kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa skizofrenia paranoid adalah gangguan jiwa yang didominasi oleh waham yang mencolok atau halusinasi visual ( penglihatan ), ansietas, marah argumentative, berpotensi melakukan perilakukekerasan pada diri sendiri dan orang lain dalam kontes terdapatnya fungsi kognitif. b. Etiologi Menurut Yosep ( 2009 : 59 ) sampai saat ini penyebab yang pasti mengapa seseorang menderita skizofrenia belum jelas, namun ternyata dari penelitian – penelitian yang telah dilakukan tidak ditemukan factor tunggal. Penyebab skizofrenia menurut beberapa penelitian diantaranya adalah : factor genetic, virus, auto antibody dan malnutrisi. Studi terhadap keluarga menyebutkan pada orang tua 5,6%, saudara kandung 10,1%, anak – anak 12,8% dan penduduk secara keseluruhan 0,9%. Dan studi pada orang kembar ( twin ) menyebutkan pada kembar identik 59,20% dan kembar franternal 15,2%. Penelitian lain menyebutkan pada gangguan pada perkembangan otak janin juga mempunyai peran bagi timbulnya skizofrenia kelak dikemudian hari. Gangguan ini muncul misalnya karena kekurangan gizi, infeksi, trauma, toksin dan kelainan hormonal. Meskipun ada gen ada yang abnormal skizofrenia tidak akan muncul kecuali disertai factor – factor lainnya yang disebut epigenetic factor yaitu virus atau infeksi lain selama kehamilan, menurunnya autoimun, komplikasi kandungan dan kekeuarangan gizi yang cukup berat terutama pada trimester kehamilan. Selanjutnya bahwa orang yang sudah mempunyai factor epigenetik tersebut bila mengalami stressor psikososial dalam kehidupannya maka resikonya lebih besar untuk menderita skizofrenia dari pada orang yang tidak ada factor epigenetik sebelumnya. c. Tipe – Tipe Skizofrenia Menurut Setiadi Iman, ( 2006 : 20 ) ada beberapa tipe skizofrnia yang masing – masing memiliki kekhasan dalam gejala – gejala yang diperlihatkan dan tampaknya memiliki perjalanan penyakit yang berbeda – beda antara lain : 1) Skizofrenia Paranoid Skizofrenia paranoid adalah gangguan skizofernik yang didominasioleh waham yang mencolok atau halusinasi audiotorik dalam konteks terdapatnya fungsi kognitif atau afek yang relative masih terjaga 2) Skizofrenia Disorgenizer Cirri utamanya adalah pembicaraan kacau, tingkahlaku kacau dan afek yang datar. Pembicaraan yang kacau dapat disertai kekonyolan dan tertawa yang tidak erat berkaitan dengan isi pembicaraan. Disorganisasi tingkah laku ( misalnya : kurang orientasi pada tujuan ) dapat membawa pada gangguan yang serius pada berbagai aktivitas hidup sehari – hari. 3) Skizofrenia Katotonik Ciri utama ditandai dengan gangguan pada pisikomotor yang dapat meliputi ketidak bergerakan motorik,aktivitas motor yang berlebih, sama sekali tidak mau berbicara dan berkomunikasi, gerakan – gerakan yang tidak terkendali, mengulang ucapan orang lain atau mengikuti tingkah laku orang lain. 4) Skizofrenia Residual Diaknosa skizofrenia tipe residual diberikan bilamana pernah ada paling tidak satu kali episode skizofrenia tetapi gambaran klinis saat ini tanpa simtom positif yang menonjol. Terdapat bukti bahwa gangguan masih ada sebagaimana ditandai oleh adanya negatif simtom positif yang lebih halus 5) Skizofrenia Yang Tidak Tergolongkan Sejenis skizofrenia dimana gejala gejalanya yang muncul sulit untuk digolongkan pada tipe skizofrenia tertentu. d. Tanda Dan Gejala Skizofrenia Menurut Iyus Yosep ( 2009 : 212 ) secara genetal gejala serangan skizofrenia dibagi menjadi dua yaitu gejala positif dan gejala negatif. 1) Gejala positif Halusinasi selalu terjadi saat rangsangan tertentu kuat dan otak tidak mampu menginterprestasikan dan memproses pesan atau rangsangan datang. Klien skizofrenia mungkin mendengar atau melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada atau mengalami suatu sensasi yang tidak bisa pada tubuhnya dengan gejala yang timbul biasanya klien merasakan ada suara dari dalam dirinya kadang suara itu dirasakan menyejukan hati, member kedamaian tetapi kadang suara itu menyuruhnya melakukan tindakan bunuh diri. Penyesatan pikiran ( delusi ) adalah kepercayaan yang kuat dalam mengintreprestasikan sesuatu yng kadang berlawanan dengan kenyataan. Kegagalan berpikir mengarah kepada masalah dimana klien skizofrenia tidak mampu memproses dan mengatur pikirannya. Kebanyakan klien tidak mampumemahami hubungan antara kenyataan dan logika. Yang membuat penderita tidak bisa memahami siapa dirinya, tidak berpakaian dan tidak mengerti apa itu manusia dan juga tidak bisa mengerti kapan dia lahir dan dimana dia berada. 2) Gejala Negatif Klien skizofrenia kehilangan motivasi dan apatis berarti kehilangan energi dan minat dalam hidup yang membuat klien menjadi orang yang malas. Karena klien skizofrenia hanya memiliki energi yang sedikit, mereka tidak bisa melakukan hal – hal yang lain selain tidur dan makan. Perasaan yang timbul membuat emosi klien menjadi datar, tidak memiliki ekspresi baik dari raut muka maupun gerakan tangannya tapi mungkin bisa menerima pemberian dan perhatian orang lain tapi tidak bisa mengekpresikannya. Defresi yang tidak mengenal perasaan ingin ditolong dan berharap selalu menjadi bagian dari hidup penderita. Mereka tidak memiliki prilaku yang menyimpang, tidak bisa membina hubungan dengan orang lain dan tidak mengenal cinta sehingga mereka cendrung untuk menarik diri karena selalu merasa aman bila sendiri. e. Proses Terjadinya Skizofrenia Untuk mengetahui dan memahami perjalanan penyakit skizofrenia diperlukan pendekatan yang bersifat holistik, yaitu dari sudut organbiologik, psikodinamika, psikoreligius, dan psikososial. 1) Organobiologik Pada penderita Skizofrenia ditemukan perubahan – perubahan atau gangguan pada system transmisi sinyel pengantar saraf ( neurotransmitter ) dan seseptor di sel – sel otak ( Neuron ) dan interaksi zat nerukimia seperti dopmain dan serotonin yang ternyata mempengaruhi fungsi kognatif ( alam fikir ), afektif ( alam perasaan ) dan psikomotor ( prilaku ) yang tampak dalam bentuk gejala – gejala Skizofrenia. Selain perubahan – perubahan yang sifatnya neurokimiawi, ternyata ditemukan juga perubahan pada anatomi otak penderita Skizofrenia terutama pada penderita yang kronis. Perubahan – berubahan anatomi otak tersebut antara lain perubahan lateral ventrikel, atrofi korteks bagian depan dan atrofi otak kecil ( Hawari, 2007 : 11 ). 2) Psikodinamik Mekanisme terjadinya Skizofrenia pada diri seseorang dari sudaut psikodinamik dapat diterangkan dengan 2 buah teori yaitu teori homeostatik – deskriptif ( descriptive – homeostatic ) dan fasilitatif – etiologik ( etiological – facilitative ). Pada teori homeostatik – deskripsif diuraikan gambaran gejala – gejala ( deskripsi ) dari suatu gangguan jiwa yang menjelaskan terjadinya homeostatic pada diri seseorang, sebelum dan sesuah terjadinya gangguan jiwa. Sedangkan pada teori fasilitatif – etiologik, diuraikan faktor – faktor yang memudahkan ( fasilitasi ) penyebab ( etiologi ) dari suatu penyakit, bagaimana perjalanan penyakitnya dan penjelasan mekanisme psikologis dari penyakit yang bersangkutan. ( Hawari, 2007 : 22 ) 3) Psikoreligius Manusia adalah mahluk fitrah, sejak manusia lahir sudah dibekali dengan dorongan – dorongan atau nafsu. Tanpa adanya dorongan nafsu, maka manusia tidak akan tidak dapat mempertahankan diri keberadaannya. Fitrah ke – Tahun – an ini adalah istilah Fareud disebut sebagai Super – ego, dalam agama islam dapat dianalogikan dengan iman yang berfungsi sebagai pengendalian diri ( Self Control ) Manusia melaksanakan kebutuhan – kebutuhan atau dorangan – dorngan dalam bentuk perubahan, prilaku atau amal yang kesemuanya itu disebut sebagai akhlaq. Dalam konsep Freud akhlal ini disebut Ego. Akhlaq seseorang akan menjadi baik atau buruktergantung dari hasil tarik menarik anatara nafsu dan iman pada sebagian orang dapat menimbulkan konflik batin dan apabila konflik ini tidak terselesaikan maka yang bersangkutan dapat jatuh sakit. 4) Psikososial Menurut yosep, ( 2009 : 49 – 50 ) situasi dan kondisi yang tidak kondusif dapat merupakan stressor psikososial, yang mana jika seseorang tidak mampu beradaptasi atau menanggulanginya akan timbullah keluhan – keluhan kejiwaan. Secara umum stressor psikososial dapat digolongkan sebagai berikut : a) Perkawinan Berbagai permasalahan perkawinan merupakan sumber setres yang 25 alami seseorang, misalnya pertengkaran, perpisahan, perceraian, kematian salah satu pasangan, ketidaksetiaan dan lain – lain. b) Problem Orang Tua Permasalahan yang dihadapiorang tua, misalnya tidak punya anak, kebanyakan anak, anak sakit dan hubungan tidak baik antara mertua, ipar, besan dan sebagainya. c) Hubungan Interpersonal Gangguan ini dapat berupa hubungan dengan kawan dekatyang mengalami konflik, konflik dengan kekasih, konflik dengan rekan kerja dan sebagainya d) Pekerjaan Kehilangan pekerjaan, pensiun, pekerjaan terlalu banyak, dan sebagainya e) Lingkungan Hidup Factor lingkungan tidak hanya dilihat dari lingkungan itu bebas polusi, sampah dan lainnya tetapi terutama kondisi lingkungan social dimana seseorang itu hidup, misalnya perumahan, pindah tempat tinggal, penggusuran, hidup dalam lingkungan yang rawan, dan sebagainya. Rasa tidak aman dan tidak terlindung membuat jiwa seseorang terancam sehingga mengganggu ketenangan dan ketentraman hidup f) Masalah Keuangan Masalah keuangan ( kondisi social ekonomi ) yang tidak sehat, misalnya pendapatan lebih rendah dari pengeluaran, terlihat hutang, kebangkrutan usaha dan sebagainya g) Hujum Keterlibatan seseorang dalam masalah hokum dapat merupakan sumber stress, misalnya tuntunan hokum, pengadilan, penjara, dan lain sebagainya. h) Perkembangan Yang dimaksud dengan perkembangan disini adalah perkembangan baik fisik dan mental seseorang i) Penyakit Fisik atau Cedera Sumber stress yang mempengaruhi kondisi kejiwaan seseorang antara lain penyakit ( trauma penyakit yang kronis ), jantung, kanker, kecelakaan, oprasi, aborsi dan sebagainya j) Factor Keluarga Biasanya terjadi pada anak dan remaja yang disebabkan karena kondisi keluarga yang tidak baik, misalnya hubungan orang tua yang dingin atau acuh tak acuh, kedua orang tua jarang dirumah, perceraian, dan orang tua yang mendidik anaknya kurang sabar, keras dan otoriter. f. Terapi pada Pasien Gangguan Jiwa Menurut ( Kusumawati, Farida, 2010 : 128 ) tetapi dalam jiwa bukan meliputi pengobatan dengan farmakotrapi tetapi juga pemberian psikotrapi serta terapi modalis yang sesuai dengan gejala penyakit pasien yang mendukung penyembuhan pasien 1) Psikofarmaka Terapi dengan menggunakan obat – obatan disebut psikofarmatrapi ( medikasi psikoterapika ) yaitu obat yang mempunyai efek samping terapetik langsung pada proses mental penderita karena kerjanya pada otak atau system saraf pusat. Jenis – jenis psikotrapika meliputi: a) Anti psikotik 1. Jenis • Antipsikotik atipikal, contoh : clozapine ( Clozaril ), resperidone ( Resperdal ) • Antipsikotik tipikal : butirofenon ( Haloperidol/ haldol ), fenotazine ( Chlorpromazine, perphenazine ( Trilafon ) • Obat antipsikosis jenis neuroleptika : Chlorpromazine, thloridazine, haloperidol, triflouperazine 2. Indikasi • Mengatasi gejala – gejala psikotik ( waham, halusinasi, agitasi, prilaku kacau ) • Skizofernia, psikosis organik, psikotik akut, meredakan halusinasi, delusi, pikiran kacau, ansietas berat, mual, muntah dan kejang. • Memblokade dopamine pada pascasinapatik neuron di otak terutama pada system limbic dan system ekstrapiramidal Efek samping • Gejala ekstrapiramidal : otot kaku atau spasme, wajah topeng, disfagia, sakit kepala dan kejang • Takikardia, aritmia, hipertensi, dan hipotensi orthostatic • Mata : pandangan kabur, glukoma • Sering buang air kecil, retensi urine, ipotensi, amenorea • Hematologi : anemia, dan leucopenia • Kulit : rash, dermatitis, fotosensitif 3. Kontraindikasi • Gangguan kejang • Glukoma • Klien usia lanjut • Wanita hamil atau sedang menyusui b) Antiansietas hipnotik sedatif 1. Jenis • Benzodiazepine : diazepam ( Valium ), Lorazepam ( Ativan ), aprazolam ( Xanax ) • Nonbenzodiazepine : buspirob, sulpiride 2. Indikasi • Gangguan ansietas • Meredakan ansietas ketegangan karena situasi tertentu • Gejala putus zat karena alcohol • Meredakan spasme otot • Menurunkan ansietas berat agar bisa diberikan psikotrapi 3. Efek samping • Kelambatam mental, sedasi, vertigo, bingung, tremor, lelah, depresi, sakit kepala, ansietas, insomania, kejang, kaki lemas, ataksia, bicara pelo • Hipotensi orthostatistik, takikardia, perubahan EKG • Mata kabur, midriasis, telinga tinnitus • Anoreksia, mual, mulut kering, diare, konsipasi • Kulit : rash, dermatitis dan pruritus 4. Kontraindikasi • Penyakit hati dan ginjal • Pasien lansia • Glukoma • Kehamilan dan menyusui • Gangguan pernafasan sebelumnya • Psikosis • Reaksi hipersensitif c) Antimanik : Mood Stabilizer • Jenis : lithium • Indikasi : gangguan afektif tipe manic • Efek trapi : stabilitasi mood • Efek samping : Berat badan meningkat, perubahan EKG, tremor, nyeri kepala, iritasi gester. d) Antidepresan • Jenis : trisiklik ( Amitriptilin ), MAO inhibitors ( Maclobenide ), tetracylic compound ( Amoxampine, Maprotiline ), atipycal antidepressant ( Trazodone ). • Indikasi : depresi, nyeri berat dan kronis enuresis anak > 6 Tahun, gangguan obsesif kompulsif • Efek trapi : meningkatkan mood • Efek samping : mengantung gangguan fungsi social, gangguan gastrointestinal, tremor, hipotensi, mulut kering, konstipasi, retensi urine, agitasi, gelisah e) Antiparkison • Jenis : Trihexyphenidile, Benadryl, SA • Indikasi : gejala perkinson, gejala ekstrapiramidal • Kontraindikasi : gangguan jantung, hipertensi, glukoma, gastric ulces, kehamilan dan menyusui 2) Trapi Samatios Trapi somatis adalah terapi yang diberikan pada klien dengan gangguan jiwa dengantujuan mengubah prilaku yang maladaptive menjadi prilaku adaktif dengan melakukan tindakan yang ditujukan pada kondisi fisik klien. Walaupun yang diberi perlakuan adalah fisik tapi target terapi adalah prilaku klien. Jenis trapi somatic antara lain adalah : a) Pengikat Pengikat adalah terapi yang menggunakan alat mekanik atau manual untuk membatasi mobilitas fisik klien yang bertujuan untuk melindungi cedar fisik pada klien sendiri atau orang lain. b) ECT ( Elektro Convulsive Therapy ) Elektro Convulsive Therapy (ECT ) adalah bentuk trapi pada klien dengan menimbulkan kejang dengan mengalirkan arus listrik kekuatan rendah ( 2-3 joule ) melalui electrode yang ditempelkan beberapa detik pada pelipis kiri dan kanan klien. c) Isolasi Isolasi adalah bentuk terapi dengan menempatkan klien sendiri di ruangan tersendiri untuk mengendalikan prilakunya dan melindungi klien, orang lain dan lingkungan dari bahaya potensial yang mungkin terjadi. Akan tetapi tidak dianjurkan pada klien dengan resiko bunuh diri, klien dengan agitasi yang disertai dengan gangguan pengaturan suhu tubuh akibat obat serta prilaku yang menyimpang. d) Fototrapi Fototrapi adalah terapi yang diberikan dengan memaparkan klien pada sinar terang 5 – 20x lebih terang dari pada sinar ruangan dengan posisi duduk, mata terbukapada jarak 1,5 meter di depan klien diletakan lampu setinggi mata. Terapi ini bermanfaat dan menimbulkan efek positif serta 75% dapat menurunkan gejala depresi dengan efeksamping ketergantungan pada mata, sakit kepala, cepat terangsang, insomania, kelelahan, mual, mata menjadi kering serta keluar sekresi dari hidung dan sinus 3) Psikoreligis Terapi keagamaan terhadap penderita skizoprenia ternyata mempunyai manfaat. Dari hasil penelitian secara umum menunjukan bahwa komitmen agama berhubungan dengan manfaat di bidang klinik ( Religius commitment is associated whith clinical benefit ) Terapi keagamaan dimaksudkan penelitian tersebut adalah berupa kegiatan ritual keagamaan seperti sembahyang, berdo’a, ceramah keagamaan dan lain sebagainya. Di dalam ajaran agama ( Islam ) adanya penyakit itu ditanggap sebagai satu cobaan dan ujian keimanan seseorang. Oleh karenanya orang harus bersabar dan tidak boleh putus asa berusaha untuk mengobatinya dengan senagtiasa berdo’a memohon pertolongan dan ampunan kepada Allah SWT ( Hawari, 2009 : 95 – 105 ) 4) Terapi Deprivasi Tidur Terapi ini adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan mengurangi jumlah tidur klien sebanyak 3,5 jam. Cocok diberikan pada klien dengan depresi Pada terapi diatas juga dengan dukungan dari keluarga dan social akan memberikan peningkatan penyembuhan karena pasien akan merasa berguna dalam masyarakat dan tidak merasa diasingkan dengan penyakit yang dialaminya.